SEMINAR NASIONAL DPPM UII: PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN UNTUK LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

KALIURANG (DPPM UII). Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mengelola sampah, terutama karena sebagian besar sistem pengelolaannya masih bergantung pada tempat pembuangan akhir (TPA) terbuka. TPA ini menjadi salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca, khususnya metana, yang dampaknya terhadap pemanasan global 28 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida. Dalam Seminar Nasional yang digelar oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Universitas Islam Indonesia (UII) pada 16 Oktober 2024 di Gedung K.H.A. Wahid Hasyim, Dr. Novrizal Taher selaku Direktur Pengelolaan Sampah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyampaikan bahwa untuk mengatasi masalah tersebut Indonesia telah menetapkan Kebijakan Strategi Nasional (Jakstranas) untuk menargetkan pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah 70% pada 2025. Namun, data 2023 menunjukkan bahwa pengurangan sampah baru mencapai 13,67%, sedangkan penanganan sampah berada di angka 48,12%, yang masih jauh dari target yang diharapkan.

Salah satu fokus pemerintah untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca adalah melalui komitmen dalam kerangka Paris Agreement. Indonesia telah menyusun Nationally Determined Contributions (NDC), yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,9% hingga 43,2% pada tahun 2030. Dalam upaya ini, pemerintah mendorong penerapan teknologi Waste-to-Energy (WTE) dan sistem daur ulang berkelanjutan sebagai strategi utama. Teknologi WTE yang telah diterapkan di beberapa kota besar, seperti Surabaya dan Solo, mengolah sampah menjadi sumber energi listrik. Diharapkan, langkah ini dapat memperbaiki pengelolaan sampah secara signifikan dan menurunkan emisi gas rumah kaca.

Pengelolaan sampah di Indonesia ke depan akan berfokus pada pendekatan ekonomi sirkular, di mana sampah diubah menjadi sumber energi dan bahan baku industri. Selain teknologi WTE, daur ulang juga diharapkan menjadi solusi yang lebih ramah lingkungan dalam jangka panjang. Pemerintah juga berupaya memperkuat regulasi terkait pemanfaatan teknologi hijau, terutama dalam mengurangi sampah plastik dari fase produksi hingga pengelolaan akhir. Dengan demikian, langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan memperlambat perubahan iklim.

Selain Dr. Novrizal Taher, panitia juga mengundang Oki Muraza, Ph.D selaku Senior Vice President, Research & Technology Innovation, PT. Pertamina yang diwakili Ismal Gamar. Dalam paparannya Ismal Gamar menyampaikan komitmen Pertamina untuk beralih ke energi yang lebih berkelanjutan dan mencapai net zero emission. Pertamina telah menetapkan dua visi utama: optimalisasi bisnis yang sudah ada serta pengembangan bisnis rendah karbon. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemanfaatan gas untuk industri petrokimia dan pengembangan ekosistem biofuel. Pertamina bekerja sama dengan Universitas Mulawarman untuk memanfaatkan tanaman lokal, seperti sorgum dan singkong, dalam produksi bioetanol, dengan kemurnian mencapai 99,7%. Kolaborasi teknologi ini juga melibatkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk mendukung proses pemurnian bioetanol, yang diuji pada kendaraan dengan campuran bioetanol 20% hingga 100%.

Selain itu, Pertamina juga mengeksplorasi sumber energi terbarukan dari minyak nabati tanaman seperti nyamplung dan kepuh untuk bahan bakar terbarukan. Pertamina terus mengembangkan energi alternatif lainnya, seperti tenaga angin, matahari, dan panas bumi. Transformasi digital juga diterapkan untuk memantau dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, sejalan dengan komitmen mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Dengan berbagai inovasi teknologi dan kolaborasi dengan perguruan tinggi serta lembaga riset, Pertamina berharap program bioenergi ini tidak hanya berkontribusi pada ketahanan energi nasional, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat, terutama petani lokal yang terlibat dalam pengembangan bioenergi tersebut. Pertamina optimis, langkah-langkah ini akan menciptakan masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi Indonesia.

Kegiatan yang dibuka secara langsung oleh Direktur DPPM UII, Ir. Eko Siswoyo, ST., M.Sc.Es., Ph.D mewakili Rektor UII usai penyampaian laporan dari ketua panitia penyelenggara yang juga Kepala Pusat Penelitian UII, Prof. Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag., M.Si. tersebut diakhir dengan sesi tanya jawab dan presentasi makalah dari peserta seminar.

Keduanya pun berharap agar ajang seminar yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun tidak hanya dimanfaatkan untuk berbagi ilmu semata namun juga untuk membangun jejaring atau berkolaborasi. (Wid)

Foto:

Suasanaa tanya jawab dalam Seminar Nasional “Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan untuk Lingkungan Berkelanjutan” (Foto: Widodo)