(Sleman 9/1 ) Merujuk pada laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) D.I.Yogyakarta bahwa musim hujan dimulai pada bulan Oktober dan diprediksi bahwa puncak musim hujannya terjadi pada bulan Desember 2022, Januari 2023, dan Februari 2023, namun diprediksi umumnya puncak hujannya terjadi pada bulan Februari 2023 (Karnawati, 2022). Dampak curah bujan yang sudah mulai tinggi ini adalah mulai terjadi genangan air hujan di kawasan Komplek Masjid Al-Muhajirin, Tiyasan, Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman, D.I.Yogyakarta. Genangan air hujan tersebut disebabkan oleh curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi secara merata di wilayah Sleman D.I.Yogyakarta. Selain itu, genangan air yang terjadi saat hujan di Kawasan Komplek Masjid Al-Muhajirin, Tiyasan, Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman, D.I.Yogyakarta tersebut dipicu oleh maraknya program pengecoran jalan-jalan perkampungan dan ruas-ruas halaman rumah warga yang juga dicor beton dan paving block dalam beberapa tahun terakhir yang tidak didukung oleh drainase limpasan air hujan yang memadahi.
Persoalan genangan air hujan yang terlalu lama di halaman rumah masyarakat tidak dapat dipandang remeh mengingat mikroba patogen dan jamur serta virus dapat berkembang biak sehingga menimbulkan beragam penyakit, mulai dari penyakit kulit sampaia penyakit pencernaan (diare, disentri, dll). Ditambah minimnya resapan air di ruas-ruas ruang terbuka di kawasan tersebut semakin memperparah dampak limpasan air hujan yang ditimbulkan. Akibatnya adalah setiap musim kemarau panjang terjadi kelangkaan air sumur warga sehingga persoalan kesehatan sanitasi muncul dan dampaknya adalah timbulnya penyakit. Akses air bersih bagi masyarakat sangat urgen mengingat air bersih sangat diperlukan untuk kegiatan memasak, minum, mandi dan bersuci/wudhu, sehingga jika air bersih ini berkurang/langka maka kesehatan masyarakat pasti merosot dan penyakit bermunculan. Dalam rangka memberi solusi bagi persoalan lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar kompleks masjid tersebut maka diusulkan program abdimas berjudul “DIFUSI TEKNOLOGI LUBANG RESAPAN BIOPORI: Penyimpanan Air Hujan di dalam Tanah untuk Antisipasi Kelangkaan Air Sumur Warga Masyarakat Komplek Masjid Al-Muhajirin, Tiyasan, Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman, D.I.Yogyakarta”. dengan pemateri Feris Firdaus, M.Si selaku dosen Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia, Melalui program ini diharapkan genangan air saat hujan dapat terkurangi dan tabungan air di dalam tanah meningkat sehingga saat musim kemarau tidak terjadi kelangkaan air sumur warga.
Hasil kegiatan pengabdian masyarakat yang sudah dilakukan di lokasi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias dalam implementasi dan difusi teknologi lubang resapan biopori tersebut. Sepenuhnya masyarakat menyadari bahwa upaya yang dilakukan ini adalah dalam rangka meminimalisasi genangan air hujan di halaman rumah masing-masing di Kawasan Komplek Masjid Al-Muhajirin dan sekaligus sebagai tabungan/deposit air tanah/sumur untuk antisipasi kelangkaan air di musim kemarau. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dimulai dengan tahapan pelatihan di serambi masjid yang diikuti oleh takmir masjid dan jama’ah masjid yang tinggal di sekitar kawasan masjid. Materi yang disampaikan berupa konsep teknis difusi teknologi lubang resapan biopori berikut peralatan dan bahan yang diperlukan yakni alat bor tanah secara manual berbentuk T dengan ukuran panjang 1 m dan pipa PVC dengan ukuran diameter 4 inch beserta penutupnya yang sudah dilubangi menggunakan alat solder listrik. Tahapan berikutnya adalah praktik pembuatan lubang resapan biopori menggunakan alat adan bahan tersebut yang dilakukan secara pasrtisipatori yakni berdasarkan hasil pelatihan lantas masyarakat dapat mengimplementasikan pengetahuannya untuk membuat lubang resapan biopori yang didampingi pengabdi secara langsung.
Pada tahapan praktik ini dihasilkan produk percontohan lubang resapan biopori sebanyak 2 lubang resapan lengkap dengan 2 pipa PVC yang sudah dilubangi beserta tutupnya yang sudah siap meresapkan air hujan yang turun kemudian. Berangkat dari 2 produk teknologi lubang resapan yang sudah dibuat ini, diharapkan masyarakat tersebut dapat memproduksi banyak lubang resapan di beberapa titik potensial terjadi genanangan air hujan di kawasan masjid dan halaman rumah masing-masing masyarakat sehingga manfaat dari difusi teknologi ini dapat dirasakan secara meluas. Berangkat dari 2 produk teknologi lubang resapan yang sudah dibuat ini, diharapkan masyarakat tersebut dapat memproduksi banyak lubang resapan di beberapa titik potensial terjadi genanangan air hujan di kawasan masjid dan halaman rumah masing-masing masyarakat sehingga manfaat dari difusi teknologi ini dapat dirasakan secara meluas. Semakin banyak lubang resapan yang dimiliki warga masyarakat, diharapkan deposit air tanah semakin melimpah sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs 2030) yang berkaitan dengan akses air bersih dan sanitasi bagi masyarakat dapat tercapai.